Archive for Ramadhan

Nuzulul Quran

Catatan #9 tentang Ramadhan 

quran3

malam ini
segala sa’ah terulang
lengkap dengan Muhammad
dan Jibril
ketika antara adatiada
wahyu diajarkan

baca, duhai Utusan

dalam gemetar dan peluh mengucur

tak bisa kueja hurufnya

tak surut jua waktu melangkah
perulangan membawa makna

baca, duhai Utusan
dengan nama Tuhanmu
yang meripta manusia dari ‘alaq
baca dan Tuhanmu paling Pemurah
yang mengajarkan dengan qalam
yang mengajarkan manusia
apa yang tak ia tahu

peluh menderas
Muhammad gemetar dalam peluk Jibril
wahyu telah diajarkan
rasul telah ditetapkan

sunyi mengisi
Jibril telah pergi
tanya kini mengental
dalam jiwa
apa mesti dibaca kini
jika hurufpun tak tereja

20 ramadhan 1413

Tinggalkan sebuah Komentar

Rembulan Keempat Belas

Catatan #8 tentang Ramadhan

rembulanRembulan keempat belas Ramadhan telah melewati puncak malam. Cahyanya membinar di langit yang gelap. Duh, aku malu pada keindahannya, pada ketaatannya, pada kesetiaanya menjelajah malam gulita. Sedang aku ? Aku terjerembab di ujung dusta jiwa, amarah dan getaran rasa …

Hari ini aku kalah. Kalah menghadapi shaumku yang mestinya membawaku pada kesempurnaan taqwa : ketakutan pada Allah dan keberhati-hatian bersikap. Aku kalah …

Belum lagi matahari memuncaki hari, aku tergoda getaran rasa. Bahkan ketika kulantunkan tadarus usai Dhuhur yang panas dan menggoda mata. Tadarusku melemah di ujung juz yang sama di hari itu. Duhai, betapa lemah hati ini …

Dan ketika matahari telah renta di ujung hari yang melelahkan, amarahku justru menggelegak. Duh, ke mana shaumku berujung, jika kulewati hari dengan kekalahan demi kekalahan?

Dan di puncak malam, aku memilih menangisi hariku, meratapi lemahnya hatiku, mengutuki ketakberdayaanku. Aku tersalah dan terjerembab dalam nista …

Ya Allah
aku datang padaku dengan dosa sepenuh langit
mengingkari ni’matMu yang sepenuh semesta

Ya Allah
aku malu meminta
tapi, ijinkan ku mengemis ampura
untuk setiap dosaku
untuk setiap dosa saudara yang kusakiti dan berhak atas balas padaku
untuk setiap dosa …

Comments (1)

Jihad

Catatan #7 tentang Ramadhan

Adalah benar, jika Rasulullah SAW bersabda, bahwa jihad dalam shaum Ramadhan lebih hebat dari pada jihad di medan laga Badar. Perang Badar, perang pertama dalam sejarah Islam melawan kaum Quraisy dikenal sebagai perang yang hebat. Jumlah kekuatan yang tidak berimbang antara Muslimin dan Musyrikin adalah sebuah bukti betapa perang itu menjadi sangat berat. Pertolongan Allah, kesabaran dan ketaatan kaum Muslim yang kemudian menjadikan kemenangan menjadi teramat indah.

Dan usai itu, Kaum Muslim disambut jihad yang lebih hebat, sebagaimana isyarat Rasul, yakni shaum Ramadhan. Jika dalam perang Badar, kaum Muslim menghadapi musuh yang nampak, seberapapun hebatnya kekuatan itu. Dalam shaum Ramadhan, kita menghadapi musuh kita yang seringkali kita tidak kenali dengan pasti : nafsu. Sungguh, keimanan dan ketaatan serta kesabaran untuk berjuang tanpa hentilah yang akan menenangkannya. Dan tentu saja, pertolongan Allah.

Ya, pertolongan Allah. Sungguh, manusia teramat dhaif untuk dapat berbusung dada, bahwa apapun yang dapat dipersembahkannya adalah usahanya sendiri dan tanpa campur tangan Allah di dalamnya. Bukankah Rasul yang mulia, yang ma’shum, bahkan mengajarkan doa pertolongan kepada Allah untuk dapat mengingatNya, mensyukuri setiap ni’matNya dan mempersembahkan ibadah terbaik kepadaNya.

Dan hari ini, dalam nyaris keputusasaan itu, aku hanya dapat berdoa, semoga Allah mengampuni dosaku atas shaumku yang tak sempurna, yang masih diliputi dusta, getaran rasa dan buruk sangka …

Tinggalkan sebuah Komentar

Sejuta

Catatan #6 tentang Ramadhan

catatan lama

… kutemukan dari catatan berserak di dalam buku Statistik masa kuliah dulu, catatan yang kutulis 19 Ramadhan 1413 H, hampir 17 tahun yang lalu …

————————————————–

matahari cemaram
sinarnya hangat
sisakan sejuta rasa
pada sejuta makhluk
menerobos indah
di sela-sela gumpalan mega

duhai, mahacahaya
kerinduan mengambang
tapi pada siapa
thaghut lebih sering
memperdayakan
hingga dzulumat pekat
tampak bak sejuta mahacahaya

duh, diri
mengapa dzalimi sejutadiri?

Tinggalkan sebuah Komentar

Kompak

Catatan #5 tentang Ramadhan

Meski sama-sama perempuan, bersaudara pula, Zulfa dan Zakya sangat sulit kompak. Bahkan di bulan yang mulia ini. Namun, ada dua hal yang mereka sangat kompak. Kekompakan pertama adalah soal makan pas buka. Kompak untuk tidak berhenti mengunyah sampai kekenyangan. Aku sejak kecil dulu memang terbiasa langsung makan besar, dan itu terbawa hingga kini, menurun dengan sempurna pada dua anakku.

Mereka berdua memulai berbuka dengan menyeruput es sirup. Habis itu menyantap makan besar plus hidangan penutupnya. Aku dan Ummunya harus memelototinya untuk beranjak mengambil air wudhu dan sholat jamaah maghrib. Pelototanku biasanya mujarab, namun bukan berarti tradisi makan berakhir. Mereka akan terus makan dan minum usai sholat, biasanya sambil nonton Para Pencari Tuhan.

Kekompakan kedua adalah ketika mereka sama-sama menolak, minimal menunda waktu sholat malam jamaah. Aku biasanya ke Masjid dulu untuk jamaah Isya, lantas pulang, dan biasanya mereka belum siap. Bahkan usai kutinggalkan sebentar untuk tadarus bareng Ummunya, mereka belum juga siap. Biasanya pelototanku akan ditambah suara dan barulah mereka bersiap.

Aku cuma bisa tersenyum, seperti itulah juga aku dulu …

Tinggalkan sebuah Komentar

Older Posts »